Jumat, 25 Juli 2008

KOMUNITAS BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

Komunitas dilihat dari definisi adalah suatu himpunan dalam masyarakat atau juga suatu organisasi sosial yang dalam kegiatannya banyak melakukan aktivitas berbagi yang dilandasi dengan kesamaan dalam berbagai hal seperti minat dan kepentingan, hobby, politik, sosial, religius, science, ekonomi, bisnis, dan lain sebagainya.


Demikian halnya dengan komunitas teknologi informasi (TI) dalam dunia maya. Keberagaman aspek dalam dunia TI telah melahirkan banyak kesamaan dalam berbagai hal. Kemudahan dalam memperoleh akses internet juga ikut mendorong tumbuh suburnya komunitas-komunitas ini yang pada awalnya hadir dan terbentuk melalui forum-forum diskusi dengan menggunakan fasilitas sarana email yang kemudian berkembang lebih jauh melalui suatu mailing list.


Saat ini komunitas TI cukup banyak menggunakan sarana free mailing list seperti yahoogroups, googlegroups dengan jumlah mencapai ribuan milis. Selain itu, ada juga yang menggunakan free mailing-list lokal sepert! groups.or.id, yang lebih bertujuan untuk meningkatkan lalu lintas internet dalam negeri, terutama_ bagi para pengguna IIX ataupuri OpeniXP. Yang semakin banyak diminati adalah penggunaan mailing list yang menggunakan domain dan mail server sendiri. Hal ini biasanya dengan pertimbangan agar lebih mudah proses maintenance dan pengelolaannya karena menggunakan mail server sendiri, selain bisa lebih mencerminkan eksistensi dari komunitas dan lain sebagainya.

Berbagai tujuan melandasi berdirinya masing-masing komunitas, diantaranya adalah sebagai tempat diskusi dan forum bertanya dengan sesama komunitas TI, sebagai wadah atas kreativitas, project development update, ajang berbagi ilmu, dan informasi yang pada akhirnya tentu akan menambah dan memperkaya wawasan setiap anggotanya.

Diskusi dalam suatu komunitas TI tentunya tidak akan pernah lepas dari netiket yaitu peraturan etika di internet yang berlaku universal, harus dihormati dan ditaati oleh masing-masing anggota komunitas. Netiket ini diperlukan agar diskusi yang berkembang maupun interaksi antar anggota suatu komunitas dapat berjalan dengan nyaman, saling menghormati, dan memiliki koridor yang jelas. Netiket di masing-masing milis biasanya memiliki format yang berbeda-beda, tergantung dari tujuan dan kesepakatan dalam komunitas. Namun, ada beberapa poin dalam netiket yang umum diadopsisemua komunitas. Informasi lengkap mengenai netiket ada di: http://www.dtcc.edu/cs/rfc1855. html atau http://en.wikipedia.org/ wiki/Netiquette.

Aktivitas komunikasi TI dalam dunia maya, juga pada umumnya dilanjutkan dalam bentuk komunikasi dalam dunia nyata. Hal ini juga merupakan suatu kebutuhan setiap komunitas dimana apa yang tidak dapat dilakukan dalam dunia maya, dapat dengan mudah diekspresikan dalam dunia nyata, seperti acara kopi darat, penyelenggaraan seminar maupun workshop, tour wisata, atau pembuatan proyek TI.

Tahap lanjutan dari sebuah komunitas setelah terbentuknya mailing list, pada umumnya dilanjutkan dengan pembuatan situs web atau portal komunitas yang mencerminkan identitas dan memperkuat keberadaan dari komunitas itu sendiri. Suatu web-site komunitas TI biasanya banyak menyediakan berbagai informasi penting seperti materi-materi tutorial, e-book gratis, forum diskusi, gallery, blog, software, mirror dan lain-lain.

Beberapa contoh komunitas TI yang ada diantaranya adalah komunitas berdasarkan Operating System seperti Windows Server System Indonesia (wss-id.org) atau Free Open Source Software Indonesia (foss-id.web. id), komunitas berdasarkan geografis, seperti Komunitas TI Sukabumi (komitmi.org), komunitas TI Bontang. Komunitas berdasarkan bahasa pemograman seperti Java, Perl, PHP, Phyton, Ruby dsb. Komunitas berdasarkan jurusan dalam kuliah (informatika.or.id), komunitas e-Learning gratis (ilmukomputer.com), komunitas berdasarkan kesamaan profesi seperti diskusi ISP informal (opisboy.or.id), dan lain sebagainya. Bagaimana dengan Anda? Tentunya Anda juga sudah berada dalam salah satu komunitas TI bukan?

Jenis-jenis komunitas dalam TI:

- Komunitas E-Learning

- Komunitas Blogger

- Komunitas Teknologi Informasi Indonesia (indocommit.com)

- Komunitas TI rantaurapat

- Komunitas linux Indonesia

- dsb.

Salah satu contoh penerapan Komunitas berbasis TI:

Pemanfaatan Teknologi Informasi Berbasis Komunitas untuk Pengentasan Kemiskinan

(esai ini dulu dibuat sebagai syarat untuk ikut FIM VI)

Di sebuah desa yang terpencil, jauh dari keramaian kota yang hiruk pikuk, tak seorang pun mengira bahwa di sana berdiri sebuah sekolah yang siswa-siswinya sudah akrab berinteraksi dengan lingkungan global. Nama sekolah itu SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sebuah sekolah berbasis komunitas yang didirikan oleh para petani di daerah tersebut. Sejak dini para siswa di sekolah itu diperkenalkan dengan bahasa inggris, komputer, dan Internet. Dengan demikian, mereka memiliki akses yang tidak terbatas pada sumber-sumber pengetahuan yang berkualitas dari seluruh dunia. Yang menarik, para siswa itu bukan berasal dari keluarga yang mampu. Mereka semua adalah anak para petani di daerah tersebut yang berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang berkualitas kepada anak-anaknya, meskipun dana yang mereka miliki sangat terbatas.

SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, yang terletak di Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, adalah sebuah contoh yang menarik tentang pemanfaatan teknologi informasi untuk menyediakan pendidikan berkualitas bagi masyarakat dengan berbagai kekurangan akan sarana dan fasilitas yang memadai. Seiring dengan perkembangan di bidang teknologi informasi, upaya-upaya untuk pemanfaatan teknologi tersebut bagi pengembangan ekonomi masyarakat kecil dan upaya pengentasan kemiskinan pun semakin ramai. Berbagai studi dan praktek di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa upaya-upaya tersebut merupakan pendekatan yang cukup efektif, terutama bagi masyarakat di daerah pedesaan. Esai ini secara khusus akan memberikan gambaran tentang bagaimana teknologi informasi dapat digunakan untuk mengentaskan kemiskinan.

Memahami kemiskinan
Hidup miskin berarti kekurangan sumber daya yang dibutuhkan untuk berpartisipasi secara signifikan dalam sebuah masyarakat. Menurut PBB, yang diuraikan dalam Human Development Report 2000, kemiskinan terdiri dari dua macam, yaitu human poverty (kemiskinan sosial) dan income poverty (kemiskinan ekonomi). Human poverty ialah kemiskinan secara multidimensi, meliputi kehilangan (deprivation) kesempatan untuk menikmati hidup yang panjang dan sehat, kekurangan dalam pengetahuan, kekurangan terhadap standard kehidupan yang layak, dan kekurangan dalam partisipasi dalam masyarakat. Sedangkan income poverty dapat diartikan kemiskinan dalam satu dimensi saja, yaitu pendapatan. (Nancy Krieger, 2002)

Sumber kemiskinan bisa sangat dinamis. Sebagai gejala kerentanan ekonomi (economic insecurity), kemiskinan dapat timbul dari (a) risiko-risiko akibat guncangan ekonomi seperti naiknya harga-harga, penyakit, kecelakaan, dan bencana alam; (b) kemampuan warga atau kelompok warga yang terbatas untuk memulihkan diri sesudah guncangan ekonomi (Guy Standing, 2007). Oleh karena itu, program pengentasan kemiskinan pun seharusnya dinamis, sesuai dengan penyebab timbulnya kemiskinan tersebut. Dalam hal ini, cukup relevan jika dikatakan bahwa kemiskinan, selain dapat merupakan pengalaman yang bersifat sementara dan kronis, dapat pula menjadi takdir hidup yang bersifat permanen bagi seseorang.

Upaya Pengentasan Kemiskinan
Untuk kemiskinan yang sifatnya sementara, program pengentasannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebelum dan sesudah kemiskinan itu terjadi. Pendekatan yang kedua, yaitu upaya rehabilitasi atau penyembuhan masyarakat dari kemiskinan, merupakan pendekatan yang populer dilakukan di Indonesia. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari sumbangan-sumbangan, bantuan sosial, program jaminan sosial, dan sebagainya. Pendekatan yang pertama dapat dilakukan dengan mengembangkan kebijakan yang pro masyarakat miskin, misalnya dalam penentuan pajak dan anggaran belanja sosial. Faktanya, kekayaan yang dapat dimiliki seseorang, baik berupa materi, status sosial, maupun potensi internal pribadinya, seperti kesehatan dan talenta, tidak tersebar secara merata dalam kehidupan masyarakat. Adalah tanggung jawab pemerintah untuk memelihara keseimbangan di dalam kehidupan masyarakat melalui kebijakan-kebijakannya, sehingga kesenjangan sosial tersebut semakin menyempit.

Untuk bentuk kemiskinan yang kedua, karena sifatnya yang permanen dan sering terjadi secara turun temurun, maka pendekatan yang dilakukan tidaklah sama. Orang yang telah terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang permanen akan sulit untuk melepaskan diri dari ikatan tersebut karena prospek hidupnya akan relatif inferior dibandingkan lingkungan sosialnya. Efek yang saling memperkuat dari gejala-gejala kemiskinan—pendidikan rendah, kualitas kesehatan yang buruk, dan lingkungan sosial yang tidak ramah—akan terus mengelilinginya, sehingga ia semakin sulit untuk menaikkan kualitas kehidupannya.

Satu-satunya cara yang paling efektif untuk meningkatkan taraf hidupnya ialah melalui pendidikan. Pendidikan di sini bukan hanya sebatas mengikuti program wajib belajar atau menjadi siswa di lembaga-lembaga pendidikan formal, mengingat biaya pendidikan formal yang berkualitas saat ini sangat tinggi, sehingga sulit dicapai oleh masyarakat miskin pada umumnya. Pendidikan di sini diartikan sebagai segala upaya pemberdayaan potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga membuatnya mampu untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup, antara lain memenuhi kebutuhan hidup, memperoleh rasa aman, dan berpartisipasi lebih dalam lingkungan sosial. Upaya pemberdayaan tersebut bisa beragam, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Pemberdayaan masyarakat melalui IT
Perkembangan yang pesat dalam teknologi informasi telah mendorong sejumlah inisiatif yang bertujuan untuk membuka akses yang seluas-luasnya terhadap berbagai sumber informasi, pengetahuan, dan materi pembelajaran berkualitas tinggi yang tersedia secara online. Misalnya, Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD), melalui program Open Educational Resources (OER)-nya, telah berhasil menyediakan materi-materi pembelajaran yang dapat diakses oleh seluruh pengguna Internet di dunia.

Program ini sangat berarti bagi para pengajar, para siswa, dan para pelajar mandiri, terutama yang berada di negara-negara berkembang. Mereka dapat menggunakannya secara langsung atau melakukan local adaptation agar dapat secara tepat memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dengan memanfaatkan berbagai sumber daya tersebut, masyarakat yang tidak mampu meraih pendidikan formal di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi tetap dapat memperoleh materi pembelajaran yang berkualitas yang dibutuhkan bagi pengembangan dirinya.

Hal ini hanya bisa terjadi, tentu saja jika masyarakat tersebut memperoleh akses yang memadai terhadap Internet atau terhadap teknologi lainnya secara umum. Padahal, di satu sisi mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Bahkan, cara belajar seperti ini mungkin tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh mereka karena kesibukan harian yang menyita waktu mereka. Selain itu, bagi negara-negara berkembang, termasuk negara kita, masalah infrastuktur selalu menjadi perhatian yang utama. Infrastruktur yang belum memadai dan belum tersebar merata masih menjadi kendala bagi akses terbuka terhadap beragai sumber pembelajaran tersebut.

Namun, menurut Prof. Amartya Sen—peraih Nobel dari India—, yang lebih relevan dalam upaya pengentasan kemiskinan justru bukan masalah infrastruktur fisik—misalnya jalan, energi, atau perangkat keras komputer—, melainkan layanan infrastruktur (infrastructure services) yang mencakup manfaat sosial dan ekonomis yang dapat dirasakan dari infrastruktur tersebut. Infrastruktur dapat bersifat luas, besar, bahkan melingkupi satu negara, tetapi ia juga bisa bersifat kecil, lokal, dan berbasis komunitas. Keuntungan yang dapat dirasakan oleh masyarakat miskin dari jenis infrastruktur yang pertama umumnya rendah, namun infrastruktur yang yang lebih kecil dan berbasis komunitas dapat memberikan manfaat yang jauh lebih besar bagi mereka. Selain itu, masyarakat miskin bukan hanya perlu mendapatkan manfaat dari infrastruktur, melainkan mereka juga sebaiknya dapat berpartisipasi dalam pengembangan dan pengoperasian layanan yang diberikan oleh infrastruktur tersebut. Untuk hal ini, infrastruktur skala kecil dan berbasis komunitas adalah solusi yang tepat.

SMP Qaryah Thayyibah yang menjadi pembuka esai ini merupakan contoh yang baik tentang pemanfaatan layanan infrastuktur tersebut. Dengan bantuan penyedia jasa layanan Internet lokal, Kepala Desa Kalibening, bersama-sama masyarakat membangun sekolah untuk anak-anak mereka. Dengan konsep home schooling dan pembelajaran natural, mereka dapat menghasilkan siswa-siswi dengan kualitas setara dengan lulusan sekolah formal unggulan.

Pemanfaatan teknologi yang berbasis komunitas juga dapat diperluas pada bidang-bidang lainnya, tidak hanya dalam pendidikan. Misalnya, dengan pemanfaatan eCommerce, para pengusaha lokal, para petani, dan para peternak dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan memasarkan produk mereka secara langsung lewat Internet, tidak perlu melalui para tengkulak maupun distributor lokal yang memerlukan biaya tinggi. Program-program keterampilan (skill) berbasis teknologi informasi juga dapat diadakan untuk membekali para pemuda dengan kemampuan yang dapat dimanfaatkannya untuk memperoleh penghasilan. Berbagai upaya lainnya masih dapat dikembangkan, sesuai dengan potensi dan keadaan masing-masing komunitas.

Perubahan mendasar yang diperlukan bagi setiap upaya pengentasan kemiskinan ialah perubahan pola pikir (mindset). Masyarakat miskin harus diberi pengertian bahwa mereka punya kemampuan untuk melepaskan diri dari kemiskinan. SMP Qaryah Thayyibah, juga program Grameen Bank yang terkenal di Bangladesh, berhasil mengubah pola pikir masyarakat, sehingga mereka mampu mengatasi persoalan mereka dengan tangan mereka sendiri. Teknologi informasi merupakan perangkat yang tepat bagi usaha tersebut, yaitu usaha-usaha untuk membuka mata setiap orang terhadap luasnya peluang untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan.

Analisa :

Teknologi adalah suatu alat yang mampu untuk mempermudah atau memperlancar suatu pekerjaan. Alat dalam suatu teknologi dapat berupa perangkat baik itu perangkat keras maupun perangkat lunak. Agar suatu sistem informasi dapat berjalan optimal dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi maka diperlukan adanya teknologi informasi. Teknologi informasi artinya memanfaatkan teknologi untuk memperoleh dan mengelola informasi.

Dengan demikian Komunitas Berbasis TI didirikan dari suatu himpunan dalam masyarakat atau organisasi yang bertujuan sebagai tempat diskusi dan forum bertanya dengan sesama komunitas TI, sebagai wadah atas kreativitas, project development update, ajang berbagi ilmu, dan informasi yang pada akhirnya tentu akan menambah dan memperkaya wawasan setiap anggotanya.

Tidak ada komentar: